Apakah akan selamanya hanya hening
yang mau mendengarkan
atau suaraku yang terlampau pelan
Apakah akan selamanya dingin malam menjadi pedang
walaupun ia yang menjadi satu-satunya teman
o Sang Penganyam Kehidupan apalagi yang kau rencanakan
dan dimana jatidiriku itu tersembunyikan
Mengapa semakin hari membuka mata, semakin ia temaram
mengapa semakin ingin berkata semakin ia terbungkam
Kini aku serupa orang-orang itu
yang semakin kelu dalam Waktu
yang tetap saja berjalan meski perih tercacah lalu meremah
menjadi pengeja lupa arah atau salah melangkah, hingga telah tersadar lelah
sungguh, aku hanya ingin mensyukuri diriku dan Waktu
ketika mereka saling menyatakan cinta, dan merasa bahagia.
14/07/2010
17:03 WIB
M.I.Jakarta
PENDOPO MY BRO
Sebuah pendopo puisi untuk melepas penat, berbagi pikiran, berbagi perasaan atau hanya tempat untuk merenung.
Rabu, 14 Juli 2010
Kamis, 18 Februari 2010
MENYATU RINDU
: Ratih & Iqbal
Melumat dalam puisi, doa dan mimpi
Yang sering menggigil di tepi subuh
Sudah tiba saat rindu yang semakin merinai
Menjatuhkan diri dari puncak gunung dingin
Berpeluk dengan hangat putih pasir pantai
Mengikat naluri bersenyawa
Menghadirkan surga dalam dunia
Semoga ikrar menjelma karang
Yang tak lekas pecah diterjang keras ombak kehidupan
Semoga senantiasa cinta mengepak sayap
Menghalau awan bimbang yang menutup pandang.
Melumat dalam puisi, doa dan mimpi
Yang sering menggigil di tepi subuh
Sudah tiba saat rindu yang semakin merinai
Menjatuhkan diri dari puncak gunung dingin
Berpeluk dengan hangat putih pasir pantai
Mengikat naluri bersenyawa
Menghadirkan surga dalam dunia
Semoga ikrar menjelma karang
Yang tak lekas pecah diterjang keras ombak kehidupan
Semoga senantiasa cinta mengepak sayap
Menghalau awan bimbang yang menutup pandang.
Selasa, 08 Desember 2009
Hampir mati puisi
Bagaimana kabar puisimu?
di sini butiran makna selalu menguap lenyap
perintah begitu deras memaksaku lekat pada layar
tapi tidak untuk puisi
Bagaimana kabar puisimu?
aku hampir lupa bagaimana rasanya merindui puisi
rinduku kini hanya pada rumah yang di dalamnya cinta terisi
sayang tak mampuku mensyukuri dalam puisi
Bagaimana kabar puisimu?
kini dedaun senang mengajakku berbincang langsung
tidak seperti dulu yang hanya tersenyum
dan puisilah sang ahli merangkum
salahkah bila kini puisi enggan merenung?
Bagaimana kabar puisimu?
dalam hidup ini aku mencintai mati, sungguh
mati membuatku lebih memaknai hidup, utuh
tapi, tidak pada puisi.
di sini butiran makna selalu menguap lenyap
perintah begitu deras memaksaku lekat pada layar
tapi tidak untuk puisi
Bagaimana kabar puisimu?
aku hampir lupa bagaimana rasanya merindui puisi
rinduku kini hanya pada rumah yang di dalamnya cinta terisi
sayang tak mampuku mensyukuri dalam puisi
Bagaimana kabar puisimu?
kini dedaun senang mengajakku berbincang langsung
tidak seperti dulu yang hanya tersenyum
dan puisilah sang ahli merangkum
salahkah bila kini puisi enggan merenung?
Bagaimana kabar puisimu?
dalam hidup ini aku mencintai mati, sungguh
mati membuatku lebih memaknai hidup, utuh
tapi, tidak pada puisi.
Jumat, 04 September 2009
14 Ramadhan 1430
- kakek H. Abdurrahman Siddik
Ramadhan,
Kembali aku diingatkan
kebaikan akan terlipat ganda
keburukan, malas, termaafkan
Allah, Engkau Yang Maha Bijaksana
Ramadhan,
Kembali aku diingatkan
apa yang telah ia ajarkan
alif, lam, mim, pernah terbata terbaca
Allah, Engkau Yang Maha Penyayang
Ramadhan,
Kemarin aku diguncang
dengan gempa keras yang tiba-tiba
dan kabar bendera kuning berkibar
Allah, Engkau Yang Maha Perkasa.
14 Ramadhan, air mata tumpah sudah
penuntun yang sabar telah tersenyum ramah
pada malaikat yang siap mengangkatnya
menuju kehidupan nirwana
14 Ramadhan, hikmah itu mudah mengamin
menumpahkan kerinduan pada ia, lewat lantunan yaasiin
tak ada lagi senyum hangat itu untukku mencairkan cemoohan dingin
ku antar kau ke rumah barumu dengan ikhlas yang penuh
tetes-tetes air mata rindu telah ku basuh
semoga mampu kulanjutkan langkahmu tanpa keluh
Bismillahi alamilati rosulillahi salaulohi wa'alaihiwassallam,
la hawla walaquata illa billahil aliyyil'adzim
Innalillahi wainnailaihi rojiuun.
Ramadhan,
Kembali aku diingatkan
kebaikan akan terlipat ganda
keburukan, malas, termaafkan
Allah, Engkau Yang Maha Bijaksana
Ramadhan,
Kembali aku diingatkan
apa yang telah ia ajarkan
alif, lam, mim, pernah terbata terbaca
Allah, Engkau Yang Maha Penyayang
Ramadhan,
Kemarin aku diguncang
dengan gempa keras yang tiba-tiba
dan kabar bendera kuning berkibar
Allah, Engkau Yang Maha Perkasa.
14 Ramadhan, air mata tumpah sudah
penuntun yang sabar telah tersenyum ramah
pada malaikat yang siap mengangkatnya
menuju kehidupan nirwana
14 Ramadhan, hikmah itu mudah mengamin
menumpahkan kerinduan pada ia, lewat lantunan yaasiin
tak ada lagi senyum hangat itu untukku mencairkan cemoohan dingin
ku antar kau ke rumah barumu dengan ikhlas yang penuh
tetes-tetes air mata rindu telah ku basuh
semoga mampu kulanjutkan langkahmu tanpa keluh
Bismillahi alamilati rosulillahi salaulohi wa'alaihiwassallam,
la hawla walaquata illa billahil aliyyil'adzim
Innalillahi wainnailaihi rojiuun.
Rabu, 26 Agustus 2009
Biarkan
Biarkan waktu menunjuk dedaun kering
gugur perlahan berkumpul diantara kakimu yang kuning
Biarkan batang pohon tua itu merebah karena bosan
untuk melepas nafas yg berkesudahan
Biarkan mentari memilih bayangannya
untuk kembali memeluk gundukan tanah basah karena airmata
Biarkan kumandang suara dapat kau baca sebagai tanda
menjadi cahaya petunjuk mana arah yang sia-sia
gugur perlahan berkumpul diantara kakimu yang kuning
Biarkan batang pohon tua itu merebah karena bosan
untuk melepas nafas yg berkesudahan
Biarkan mentari memilih bayangannya
untuk kembali memeluk gundukan tanah basah karena airmata
Biarkan kumandang suara dapat kau baca sebagai tanda
menjadi cahaya petunjuk mana arah yang sia-sia
Selasa, 21 April 2009
CEMBURU
wajah tanah
senyum rembulan
cahaya, mengisi penuh pundi-pundi
berbincang hangat dengan sejati
wajah tanah
tersiram berkah
dibelai manja harum tak terkira
menanti hari ditampakkan rahasia
saat ruh itu kembali pada tubuh
sungguh aku cemburu
Sabtu, 18 April 2009
Separuh Bayangan
separuh bayangan dalam celah cahaya menitikkan air
dari air yang selalu ada untuk menerjemahkan rasa
lalu tentang siapakah air itu mengalir?
bayangan hanya bisa menikmati kegelapannya setengah
karena jilatan cahaya telah mempesona bagian lain dirinya.
separuh bayangan mencoba menghapus sedih
kemudian memaku satu persatu keluh
di dinding kelam agar tetap menjadi bayangan.
yang hilang adalah pemberi hikmah tentang kepercayaan
dan sembunyi pun tetap ada walau tidak utuh.
dari air yang selalu ada untuk menerjemahkan rasa
lalu tentang siapakah air itu mengalir?
bayangan hanya bisa menikmati kegelapannya setengah
karena jilatan cahaya telah mempesona bagian lain dirinya.
separuh bayangan mencoba menghapus sedih
kemudian memaku satu persatu keluh
di dinding kelam agar tetap menjadi bayangan.
yang hilang adalah pemberi hikmah tentang kepercayaan
dan sembunyi pun tetap ada walau tidak utuh.
Langganan:
Postingan (Atom)