Rabu, 19 September 2007

Sambil Menunggu-Mu


Menatap awan menggulung waktu
Melalui aliran keruh sungai dosa aku berkaca
Mencabut helai-helai kekhilafan satu-persatu
Berharap karat nista lepas dan berganti kilau aura

Semoga aku tak lelah sujud dan bersimpuh
menunggu-Mu mengampuni dan mengangkat derajat hamba
Aku di sini menikmati memuji dan memahami keindahan 99 Nama
Di saat mahluk tak tahu diri hanya bisa menuduh dan mencela

Sudut dinding dan permadani ini yang menjadi saksi
Betapa doaku adalah luapan takut dan harap
dengan tangan terangkat dan hangat air kelopak mata
Sambil menunggu-Mu menjemputku meninggalkan jasad yang tak berharga.

20 September 2007
(8 Ramadhan)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

assalamualaikum... hai, hai,
puisinya religius sekali... sangat menyentuhhhh kalbuuuu