Selasa, 08 Desember 2009

Hampir mati puisi

Bagaimana kabar puisimu?
di sini butiran makna selalu menguap lenyap
perintah begitu deras  memaksaku lekat pada layar
tapi tidak untuk puisi 

Bagaimana kabar puisimu?
aku hampir lupa bagaimana rasanya merindui puisi
rinduku kini hanya pada rumah yang di dalamnya cinta terisi
sayang tak mampuku mensyukuri dalam puisi

Bagaimana kabar puisimu?
kini dedaun senang mengajakku berbincang langsung
tidak seperti dulu yang hanya tersenyum
dan puisilah sang ahli merangkum
salahkah bila kini puisi enggan merenung?

Bagaimana kabar puisimu?
dalam hidup ini aku mencintai mati, sungguh
mati membuatku lebih memaknai hidup, utuh
tapi, tidak pada puisi.

Jumat, 04 September 2009

14 Ramadhan 1430

-  kakek H. Abdurrahman Siddik

Ramadhan,
Kembali aku diingatkan
kebaikan akan terlipat ganda
keburukan, malas, termaafkan

Allah, Engkau Yang Maha Bijaksana

Ramadhan,
Kembali aku diingatkan
apa yang telah ia ajarkan
alif, lam, mim, pernah terbata terbaca

Allah, Engkau Yang Maha Penyayang

Ramadhan,
Kemarin aku diguncang
dengan gempa keras yang tiba-tiba
dan kabar bendera kuning berkibar

Allah, Engkau Yang Maha Perkasa.

14 Ramadhan, air mata tumpah sudah
penuntun yang sabar telah tersenyum ramah
pada malaikat yang siap mengangkatnya
menuju kehidupan nirwana

14 Ramadhan, hikmah itu mudah mengamin
menumpahkan kerinduan pada ia, lewat lantunan yaasiin
tak ada lagi senyum hangat itu untukku mencairkan cemoohan dingin

ku antar kau ke rumah barumu dengan ikhlas yang penuh
tetes-tetes air mata rindu telah ku basuh
semoga mampu kulanjutkan langkahmu tanpa keluh

Bismillahi alamilati rosulillahi salaulohi wa'alaihiwassallam,
la hawla walaquata illa billahil aliyyil'adzim
Innalillahi wainnailaihi rojiuun.

Rabu, 26 Agustus 2009

Biarkan

Biarkan waktu menunjuk dedaun kering
gugur perlahan berkumpul diantara kakimu yang kuning

Biarkan batang pohon tua itu merebah karena bosan
untuk melepas nafas yg berkesudahan

Biarkan mentari memilih bayangannya
untuk kembali memeluk gundukan tanah basah karena airmata

Biarkan kumandang suara dapat kau baca sebagai tanda
menjadi cahaya petunjuk mana arah yang sia-sia

Selasa, 21 April 2009

CEMBURU

wajah tanah
senyum rembulan

cahaya, mengisi penuh pundi-pundi
berbincang hangat dengan sejati

wajah tanah
tersiram berkah

dibelai manja harum tak terkira
menanti hari ditampakkan rahasia

saat ruh itu kembali pada tubuh
sungguh aku cemburu

Sabtu, 18 April 2009

Separuh Bayangan

separuh bayangan dalam celah cahaya menitikkan air
dari air yang selalu ada untuk menerjemahkan rasa
lalu tentang siapakah air itu mengalir?

bayangan hanya bisa menikmati kegelapannya setengah
karena jilatan cahaya telah mempesona bagian lain dirinya.

separuh bayangan mencoba menghapus sedih
kemudian memaku satu persatu keluh
di dinding kelam agar tetap menjadi bayangan.

yang hilang adalah pemberi hikmah tentang kepercayaan
dan sembunyi pun tetap ada walau tidak utuh.