Kamis, 25 Oktober 2007

Setangkai


Setangkai doa telah ku sirami

Dengan cahaya panas teduh embun pelupuk mata


Setangkai rindu telah kusiangi

Dengan sabit lelah dan cangkul peluh kerja tanpa jeda


Aku menanam setangkai demi setangkai

dengan aura merah berbalut aura putih

Agar ranum nanti kala kupetik sambil berseri


Bukan disini, tapi nanti.

Broken Home


Apa salah sehingga kasih terenggut

Waktu berdecak ketika sama tak berpagut

Pisah itu terakhir kata

Cinta sudah bermulut sejuta

Menangis, dan berdiam pada amarah

Dendam mencari sukma yang salah

Aku tunjuk sembarang tenda senja

Aku kutuk mereka yang melakukan sama

Karena,

Awalnya aku tak berdosa

Dulu depan belakangku adalah cinta

Lalu,

Dituntunnya aku oleh rasa kecewa

hiasan wajahku sungai derita

Sehingga,

yang aku punya ini akar

dan lampias pasti terjalar .

Mantra Menghilang


Tampak muka

Tak tampak punggung

Tampak belakang

Tak tampak muka


Bermanis muka ketika ku jaya

Dan pergi menjauh dikala ku jatuh

Begitulah caranya


Tampak muka

Tak tampak punggung

Tampak belakang

Kulihat belang


Angguk sok patuh jika kau butuh

sok tak acuh kalaku mengaduh

Sebutlah dirimu manusia.


Puah!

Selasa, 23 Oktober 2007

Semoga


Wajah mendung sang bulan terlihat dari kejauhan
aura hitam telah dilahirkan untuk menghujanimu perlahan
dengan kepedihan dan kesakitan seketika
ayal derita kontan tak dinyana

Jadi apalah arti daun gugur
jika kau tetap endap banting dendam tersungkur
sayatan sinar manis itu adalah wakil tangis
mencoba membuka celah agar damai tersenyum tipis

Getarkan sekejap lagi perkusi jiwa
agar mata dan hati terjaga dari tatapan tak berharga
Sifat dunia memang tidak selamanya
tapi persaudaraan akan sepanjang masa, semoga.