Suci
itu namamu
kau setumbuh tunas yang lahir di tanah yang tandus
tumbuh hanya berupa daun sehelai
hanya sehelai tanpa batang dan akar yang kokoh
Masa tunas tak pernah besit setinggi angan
hanya harap setinggi dahan
kau sering merobek-robek dirimu yang hanya sehelai daun itu
dan seringkali pula
dengan koyak itu, kau
merasa rendah, merasa hina
Tapi tanpa kau sadari
sebenarnya kau tetap Suci
aku tau itu dari namamu.
Sebuah pendopo puisi untuk melepas penat, berbagi pikiran, berbagi perasaan atau hanya tempat untuk merenung.
Minggu, 30 Maret 2008
Selasa, 25 Maret 2008
Khilaf...
Dedaun menghentikan hijaunya
Berakar sepi kering tanpa merdu suara hati
Luka jiwa meronta terlunta membebaskan cakra
Getar riak di tepian mata ikut membeku dalam airnya
Diri selenyap sekam dihempaskan angin fatamorgana
Benak kala itu
tanpa syair
tanpa dzikir
Berakar sepi kering tanpa merdu suara hati
Luka jiwa meronta terlunta membebaskan cakra
Getar riak di tepian mata ikut membeku dalam airnya
Diri selenyap sekam dihempaskan angin fatamorgana
Benak kala itu
tanpa syair
tanpa dzikir
Kamis, 13 Maret 2008
Ingatkan Aku Sahabat
mata redup mati kini
setelah berpagut dalam lelah semedi
andaikata cahaya dalam celah jiwa tak ada
mungkin hambar terhampar pada lembar kata
belum kutemui jawab yang buat gudang akalku puas mengunyah alasan
terhadap tanya-tanya yang ada dalam hidup, antara nyata dan fana
namun mampuku hanya bersandar pada waktu
dan kuungkap pada sahabat sejati :
"wahai hati tolong ingatkan bila aku lepas kendali"
setelah berpagut dalam lelah semedi
andaikata cahaya dalam celah jiwa tak ada
mungkin hambar terhampar pada lembar kata
belum kutemui jawab yang buat gudang akalku puas mengunyah alasan
terhadap tanya-tanya yang ada dalam hidup, antara nyata dan fana
namun mampuku hanya bersandar pada waktu
dan kuungkap pada sahabat sejati :
"wahai hati tolong ingatkan bila aku lepas kendali"
Langganan:
Postingan (Atom)