
Sejak mawar tercerabut dari akar makna
Beku sepimu bahkan memecahkan riuh teriak sang gagak
Lalu kau berlari mengikuti arak-arakan awan
Ini yang aku tanya, ada apa?
Sebuah pendopo puisi untuk melepas penat, berbagi pikiran, berbagi perasaan atau hanya tempat untuk merenung.
Semua sudah terjadi
tak mungkin aku menyalahkan matahari yang sejak fajar mengiringi hangatnya senyum ini
Semua sudah terjadi, menyatu,
ini dan itu tanpa instruksi
apalagi ?! sudahlah, kau akan kelelahan jika membantah!!! (hatiku berbicara)
Aku tidak mampu mendengarkan keanggunan nada dari dawai-dawai melodi jiwa
Pun, aku tidak bisa lagi menciptakan pukulan-pukulan yang menggetarkan perkusi hati, semua seperti mati
Semua sudah gelap
seperti tidak ada lagi cahaya yang mampu menembus hati, atau ini akibat ulah debu2 kekotoranku sendiri?? whats the matter with me?!!
Entahlah...
Yang pasti semua sudah terjadi
Semua ini yang memang harus aku hadapi
Sampai kapanpun aku tak akan lari.
Aku membelah jiwa menjadi tiga
menggulung awan hitam yang semakin bergemuruh di dalam jiwa
Aliran liar menggagas meluap ke dalam belukar panas yang tak terhingga.
Kuat katamu? kepayahan sudah ku derita dari fajar tadi.
Hei lepaskan aku!
aku tak akan tahan menjilati aura pesonamu selama ini
Matikan saja aku!
Atau aku akan berkamikaze untuk kesekian kali di ruang yang tidak ada siapapun yg melihatku...
Tolong, tolong biarkan aku mati bila kau tak mau pergi!!!.
Pergi atau aku akan mati !!!